Malam itu, Jade tidak dapat tidur dengan nyenyak. Bermalam di hutan yang gelap bukanlah hal yang menyenangkan, meskipun ia melakukannya bersama teman-temannya. Ia berdiri dan melihat sekitar. Cherlia sudah menikmati tidurnya, sementara itu ia melihat Jarred sedang duduk di dekat sebuah aliran sungai yang menuju ke tepi sungai tempat ia berbicara dengan Cherlia tadi pagi. Hanya saja, kali ini sungai itu tidak berada di Payon. Jarred sedang menerawang jauh ke arah pepohonan yang seakan tidak ada habisnya.
"Jarred," panggil Jade. Ia tidak begitu mengenal Jarred, namun ia berusaha untuk tidak canggung saat berbicara dengannya. Jarred menatapnya dengan tatapan kosong. "Sedang apa kau di situ?" tanya Jade. "Merenung...," kata Jarred, "tentang sesuatu yang seharusnya kulakukan." Jade tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Jarred, tapi ia tidak ingin membuat Jarred berpikiran bahwa ia ingin tahu urusan orang lain, maka ia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun. "Kudengar kau ingin menjadi Crusader...," kata Jarred memulai pembicaraan. Jade mengangguk. "Apa kau tahu tugas seorang Crusader yang sebenarnya?" tanya Jarred. Jade menggeleng. "Aku hanya mengetahui bahwa Crusader bertugas untuk melindungi orang lain. Tapi kurasa tugas seorang Crusader lebih dari itu...," kata Jade. Jarred tersenyum dan mengangguk. "Second Class Job bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai," kata Jarred. Second Class Job adalah sebutan untuk Class yang sudah cukup tinggi. "Seorang Crusader harus mengetahui apa yang harus ia lakukan sebagai seorang Second Class Job. Bukan hanya sekedar melindungi sesama, tapi memang benar katamu...lebih dari itu," kata Jarred. "You're full of mystery - kau penuh misteri, Jarred," kata Jade. Jarred tertawa kecil.
Jarred mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah pedang yang bermata pedang tipis tapi kuat. Leher pedang itu terbuat dari besi murni yang ditempa dengan cukup baik. "Flamberge, pedang yang sangat kuat, namun membutuhkan keberanian untuk menggunakannya. Genggamlah pedang ini," kata Jarred. Jade merasakan dinginnya pegangan pedang saat ia menyentuhnya. Pedang itu terasa berat dan sulit untuk digunakan. "Berat...," kata Jade. "Kau yakin ini pedang satu tangan?" tanya Jade. Jarred mengangguk. "Pedang itu adalah pedang yang hanya bisa digunakan oleh seseorang yang percaya pada dirinya sendiri lebih dari apapun," kata Jarred sambil mengambil pedang itu dari tangan Jade dan menyarungkannya kembali.
"Kenapa aku tak bisa menggunakannya?" tanya Jade. "Kemampuanmu belum cukup untuk memegang pedang ini. Hanya mereka yang memiliki keinginan untuk benar-benar menggunakannya demi diri mereka dan orang lain lah yang dapat menggunakannya. Intinya adalah...kemampuanmu masih jauh dari cukup untuk menjadi seorang Crusader yang dapat menggunakan pedang ini," kata Jarred. "Aku mengerti, aku akan berlatih agar menjadi lebih kuat," kata Jade. "Ingat, Jade, bukan hanya kekuatan fisik yang menentukan kuatnya seseorang," kata Jarred.
Jade kembali ke tendanya dan memejamkan mata. Ia bermimpi aneh malam itu. Ia melihat seorang laki-laki berpakaian Crusader membawa pedang Flamberge ke arahnya.
"Kau lemah, Jade," kata laki-laki itu.
"Siapa kau?" tanya Jade.
"Dirimu yang lain," jawabnya.
Laki-laki itu mengarahkan Flamberge-nya ke arah Jade dan berjalan mendekatinya. "Apa kau akan melarikan diri, Jade?" tanyanya. Jade menggelengkan kepalanya. Ia memegang pedangnya dengan erat sambil bersiap menyerang ataupun bertahan. Crusader itu mengangkat pedangnya dan menebas dua kali membentuk salib putih di udara. "Holy Cross!" katanya. Tebasan itu mengenai Jade dan membuatnya jatuh. "Sudah kukatakan, kau lemah, Jade," kata laki-laki berpakaian Crusader itu. Jade menahan serangan berikutnya, tapi tenaganya terasa begitu besar sehingga tangannya terasa keram setelah menahan pedang laki-laki itu selama beberapa saat. Jade berusaha menghindar dan mengayunkan pedangnya ke perut laki-laki itu, namun sebelum ia berhasil melukainya, laki-laki itu menggunakan Holy Cross-nya sekali lagi yang membuat Jade berteriak kesakitan dan terbangun dari mimpinya yang aneh.
"Jade, Jade," panggil Cherlia yang sedang duduk di hadapannya.
Jade mengedip-ngedipkan matanya selama beberapa saat dan penglihatannya semakin jelas. Hari sudah pagi, ia dapat mengetahuinya dari sinar matahari yang cukup menyilaukan dari sebelah timur. "Mimpi...," katanya. Ia berdiri dan menatap Cherlia. "Kau tak apa-apa?" tanya Cherlia. "Ya, hanya mimpi buruk," kata Jade. Hanya mimpi buruk, kurasa, pikir Jade. Ia tetap tak bisa melupakan sosok Crusader yang dilihatnya. Crusader itu mengatakan bahwa ia adalah diri Jade yang lain, apakah itu berarti ia telah melihat dirinya sendiri di masa depan? Mustahil...pikir Jade. Ia berusaha melupakan sosok Crusader berpakaian tebal itu dan melanjutkan perjalanan. Jalan keluar dari hutan Payon sudah terlihat dan udara terasa lebih segar dari sebelumnya. Di hadapan mereka terhampat padang rumput yang hijau dan subur, menandakan mereka telah memasuki daerah sekitar hutan Prontera. "Jangan bengong!" kata Sharlean sambil menyikut pinggang Jade. "Eh...oh, ya," kata Jade. Cherlia berjalan mendahuluinya dan berhenti setelah beberapa saat. "Ada apa?" tanya Jade.
Cherlia menatap ke arahnya dengan pandangan cemas. "Apa kalian yakin ingin menuju ke Prontera?" tanya Cherlia. "Ya, memang kenapa?" tanya Jade. Cherlia menunjuk ke arah kota yang sudah tampak berbeda dari sebelumnya. Dinding kota telah runtuh dan beberapa monster tampak berkeliaran di sekitar pintu masuk Prontera. "Apa...yang terjadi?" kata Jade. "Tampaknya Odin mulai bergerak," kata Jarred. "Odin?" kata Jade. "Dewa dari Valhalla. Ia berencana untuk menghukum umat manusia secara pelahan sebelum ia melakukan serangan yang sebenarnya," jawab Jarred. "Kau tahu tentang hal ini!?" tanya Sharlean. Jarred mengangguk. Sementara itu, Cyriel sedang ternganga melihat kondisi kota Prontera yang tampak mengerikan. Banyak tubuh-tubuh tak bernyawa tergeletak di depan gerbang masuk Prontera. "Kurasa masih ada harapan," kata Jade, "Midgard Academy takkan menyerah begitu saja. Kita harus masuk melalui dinding timur dan membantu bertempur!"
Jade segera berlari menuju dinding kota sebelah timur. Sesuai dugaannya, pintu sebelah timur masih aman untuk dilalui. Tak ada seekorpun monster yang terlihat kecuali Poring dan Lunatic, yang merupakan monster umum di daerah itu. "Ayo, kita akan ikut bertempur bersama Midgard Academy!!" kata Jade sambil menghunuskan pedangnya dan berlari masuk menuju Prontera diikuti dengan semua temannya.
"Jarred," panggil Jade. Ia tidak begitu mengenal Jarred, namun ia berusaha untuk tidak canggung saat berbicara dengannya. Jarred menatapnya dengan tatapan kosong. "Sedang apa kau di situ?" tanya Jade. "Merenung...," kata Jarred, "tentang sesuatu yang seharusnya kulakukan." Jade tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Jarred, tapi ia tidak ingin membuat Jarred berpikiran bahwa ia ingin tahu urusan orang lain, maka ia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun. "Kudengar kau ingin menjadi Crusader...," kata Jarred memulai pembicaraan. Jade mengangguk. "Apa kau tahu tugas seorang Crusader yang sebenarnya?" tanya Jarred. Jade menggeleng. "Aku hanya mengetahui bahwa Crusader bertugas untuk melindungi orang lain. Tapi kurasa tugas seorang Crusader lebih dari itu...," kata Jade. Jarred tersenyum dan mengangguk. "Second Class Job bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai," kata Jarred. Second Class Job adalah sebutan untuk Class yang sudah cukup tinggi. "Seorang Crusader harus mengetahui apa yang harus ia lakukan sebagai seorang Second Class Job. Bukan hanya sekedar melindungi sesama, tapi memang benar katamu...lebih dari itu," kata Jarred. "You're full of mystery - kau penuh misteri, Jarred," kata Jade. Jarred tertawa kecil.
Jarred mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah pedang yang bermata pedang tipis tapi kuat. Leher pedang itu terbuat dari besi murni yang ditempa dengan cukup baik. "Flamberge, pedang yang sangat kuat, namun membutuhkan keberanian untuk menggunakannya. Genggamlah pedang ini," kata Jarred. Jade merasakan dinginnya pegangan pedang saat ia menyentuhnya. Pedang itu terasa berat dan sulit untuk digunakan. "Berat...," kata Jade. "Kau yakin ini pedang satu tangan?" tanya Jade. Jarred mengangguk. "Pedang itu adalah pedang yang hanya bisa digunakan oleh seseorang yang percaya pada dirinya sendiri lebih dari apapun," kata Jarred sambil mengambil pedang itu dari tangan Jade dan menyarungkannya kembali.
"Kenapa aku tak bisa menggunakannya?" tanya Jade. "Kemampuanmu belum cukup untuk memegang pedang ini. Hanya mereka yang memiliki keinginan untuk benar-benar menggunakannya demi diri mereka dan orang lain lah yang dapat menggunakannya. Intinya adalah...kemampuanmu masih jauh dari cukup untuk menjadi seorang Crusader yang dapat menggunakan pedang ini," kata Jarred. "Aku mengerti, aku akan berlatih agar menjadi lebih kuat," kata Jade. "Ingat, Jade, bukan hanya kekuatan fisik yang menentukan kuatnya seseorang," kata Jarred.
Jade kembali ke tendanya dan memejamkan mata. Ia bermimpi aneh malam itu. Ia melihat seorang laki-laki berpakaian Crusader membawa pedang Flamberge ke arahnya.
"Kau lemah, Jade," kata laki-laki itu.
"Siapa kau?" tanya Jade.
"Dirimu yang lain," jawabnya.
Laki-laki itu mengarahkan Flamberge-nya ke arah Jade dan berjalan mendekatinya. "Apa kau akan melarikan diri, Jade?" tanyanya. Jade menggelengkan kepalanya. Ia memegang pedangnya dengan erat sambil bersiap menyerang ataupun bertahan. Crusader itu mengangkat pedangnya dan menebas dua kali membentuk salib putih di udara. "Holy Cross!" katanya. Tebasan itu mengenai Jade dan membuatnya jatuh. "Sudah kukatakan, kau lemah, Jade," kata laki-laki berpakaian Crusader itu. Jade menahan serangan berikutnya, tapi tenaganya terasa begitu besar sehingga tangannya terasa keram setelah menahan pedang laki-laki itu selama beberapa saat. Jade berusaha menghindar dan mengayunkan pedangnya ke perut laki-laki itu, namun sebelum ia berhasil melukainya, laki-laki itu menggunakan Holy Cross-nya sekali lagi yang membuat Jade berteriak kesakitan dan terbangun dari mimpinya yang aneh.
"Jade, Jade," panggil Cherlia yang sedang duduk di hadapannya.
Jade mengedip-ngedipkan matanya selama beberapa saat dan penglihatannya semakin jelas. Hari sudah pagi, ia dapat mengetahuinya dari sinar matahari yang cukup menyilaukan dari sebelah timur. "Mimpi...," katanya. Ia berdiri dan menatap Cherlia. "Kau tak apa-apa?" tanya Cherlia. "Ya, hanya mimpi buruk," kata Jade. Hanya mimpi buruk, kurasa, pikir Jade. Ia tetap tak bisa melupakan sosok Crusader yang dilihatnya. Crusader itu mengatakan bahwa ia adalah diri Jade yang lain, apakah itu berarti ia telah melihat dirinya sendiri di masa depan? Mustahil...pikir Jade. Ia berusaha melupakan sosok Crusader berpakaian tebal itu dan melanjutkan perjalanan. Jalan keluar dari hutan Payon sudah terlihat dan udara terasa lebih segar dari sebelumnya. Di hadapan mereka terhampat padang rumput yang hijau dan subur, menandakan mereka telah memasuki daerah sekitar hutan Prontera. "Jangan bengong!" kata Sharlean sambil menyikut pinggang Jade. "Eh...oh, ya," kata Jade. Cherlia berjalan mendahuluinya dan berhenti setelah beberapa saat. "Ada apa?" tanya Jade.
Cherlia menatap ke arahnya dengan pandangan cemas. "Apa kalian yakin ingin menuju ke Prontera?" tanya Cherlia. "Ya, memang kenapa?" tanya Jade. Cherlia menunjuk ke arah kota yang sudah tampak berbeda dari sebelumnya. Dinding kota telah runtuh dan beberapa monster tampak berkeliaran di sekitar pintu masuk Prontera. "Apa...yang terjadi?" kata Jade. "Tampaknya Odin mulai bergerak," kata Jarred. "Odin?" kata Jade. "Dewa dari Valhalla. Ia berencana untuk menghukum umat manusia secara pelahan sebelum ia melakukan serangan yang sebenarnya," jawab Jarred. "Kau tahu tentang hal ini!?" tanya Sharlean. Jarred mengangguk. Sementara itu, Cyriel sedang ternganga melihat kondisi kota Prontera yang tampak mengerikan. Banyak tubuh-tubuh tak bernyawa tergeletak di depan gerbang masuk Prontera. "Kurasa masih ada harapan," kata Jade, "Midgard Academy takkan menyerah begitu saja. Kita harus masuk melalui dinding timur dan membantu bertempur!"
Jade segera berlari menuju dinding kota sebelah timur. Sesuai dugaannya, pintu sebelah timur masih aman untuk dilalui. Tak ada seekorpun monster yang terlihat kecuali Poring dan Lunatic, yang merupakan monster umum di daerah itu. "Ayo, kita akan ikut bertempur bersama Midgard Academy!!" kata Jade sambil menghunuskan pedangnya dan berlari masuk menuju Prontera diikuti dengan semua temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar