Pesan buat S, C, n D...
*btw, kalo u bertiga baca, jgn ktawa ya klo aneh...^^*
Ragnarok, perang besar yang terjadi antara umat manusia dengan para dewa dan prajuritnya, Valkyrie. Perang yang akan menentukan kelangsungan hidup umat manusia. Perang yang akan membawa kehancuran bagi dunia. Cerita ini dimulai beberapa saat sebelum perang Ragnarok terjadi. Cerita ini menceritakan bagaimana Rune Midgard akan bertahan melawan Asgard dan Valhalla, yang lebih dikenal dengan "The place where gods reside" - Tempat di mana para dewa tinggal. Rune Midgard, sebuah dunia di mana sihir dan kekuatan lainnya adalah sesuatu yang biasa, merupakan sebuah dunia yang memiliki beberapa kota utama seperti Prontera, Izlude, Morroc, Payon, Geffen, Aldebaran, Comodo, Lighthalzen, bahkan Niflheim yang dikenal dengan alam kematian.Tentu saja, selain kota-kota yang telah disebutkan, masih banyak kota-kota lainnya.
Chapter 1: "Where the Gods Reside"
Koridor-koridor di Valhalla tampak begitu sunyi. Tak ada suara yang terdengar sedikitpun. Odin, sang pemimpin dari Valhalla, telah memerintahkan para Valkyrie, prajurit kepercayaannya, untuk mempersiapkan pasukan melawan manusia yang dianggapnya sebagai pendosa. Meskipun begitu, kesunyian itu tak bertahan lama. Beberapa saat kemudian, koridor-koridor gelap itu telah dipenuhi oleh suara langkah kaki yang ditimbulkan dari sepatu bot besi para prajurit. Bukanlah sesuatu yang aneh melihat para prajuit kepercayaan Odin 'berkeliaran' di Valhalla. Namun, hari itu berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Odin sedang mempersiapkan sesuatu yang melebihi apapun yang bisa dibayangkan manusia. Ia telah mengadakan aliansi dengan pasukan kegelapan yang dipimpin oleh sang iblis, Baphomet, hanya demi menghancurkan para 'pendosa'.
Sementara itu, di Rune Midgard, tak banyak orang yang mengetahui rencana Odin untuk menghukum manusia. Hanya beberapa pemimpin dari kota-kota besar yang mengetahuinya. Salah satunya adalah Ardelle, pemimpin dari Midgard Academy yang didirikan dalam rangka mempersiapkan orang-orang berbakat untuk menjaga Rune Midgard. Midgard Academy tampak seperti sekolah yang kita kenal pada saat ini, namun pelajarannya lebih diarahkan kepada hal-hal yang dianggap berguna pada masa itu. Saat seorang murid lulus dari kelas tingkat pertama, yang lebih dikenal dengan Novice Class, ia dapat memilih untuk melanjutkan ke salah satu kelas: Swordman, Mage, Thief, Archer, Acolyte, TaekwonBoy/TaekwonGirl, Gunslinger, Ninja, Super Novice, dan lainnya. Seorang murid dianggap lulus ketika ia telah menyelesaikan tugas-tugas akhir yang diberikan langsung oleh Ardelle sang pemimpin sendiri.
"Jade, aku mencarimu ke mana-mana. Kelas hampir dimulai!" kata seorang gadis berambut panjang berombak yang sedang berdiri di hadapannya. Gadis itu berkulit putih dan berambut kemerahan. Ia tampak kesal saat Jade hanya tersenyum sambil mengangguk. "Kau ini nggak pernah mau mendengarkan orang yang lagi bicara ya!?" kata gadis itu. "C, jangan marah-marah begitu," jawab Jade tersenyum. Nama gadis itu adalah Cherlia, seorang Novice yang ingin menjadi Acolyte saat kenaikan kelas nanti. Jade sering memanggilnya dengan panggilan C yang dianggapnya cukup normal.
"Bukan waktunya bercanda, ayo ikut aku ke kelas!" kata Cherlia sambil mencubit lengan kiri Jade. "Aduuh...sakit. Iya, kita ke kelas sekarang," balas Jade. Mereka berlari menuju kelas yang terletak di ujung koridor itu. Kelas mereka tampak begitu menarik. Dua bilah pedang terpajang di dinding, yang melambangkan tujuan dari sekolah itu. Jade hanya terdiam saat memasuki kelasnya. Ia menghela nafas sejenak dan segera duduk di bangkunya. Sementara itu, Cherlia juga berlari ke arah tempat duduknya yang terletak cukup jauh dari Jade.
"Ke mana aja tadi?" tanya Sharlean yang duduk di depan Jade. "Cuma jalan-jalan di koridor," jawab Jade. "Dasar...," balasnya.
Jade menggenggam pedangnya yang telah dikeluarkan dari sarungnya dan meletakkannya di atas meja. Ia bercita-cita untuk menjadi Swordman, kemudian menjadi Crusader agar bisa melindungi orang-orang di dekatnya, termasuk Cherlia. Selama beberapa saat, Jade melamun memikirkan Cherlia. Mengapa aku selalu memikirkannya, pikir Jade. "Kau ini kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Sharlean, menyadarkan Jade dari lamunannya. "Ah, nggak apa-apa," jawab Jade.
Tiga tahun kemudian...
Jade mengenakan baju Swordman-nya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia dapat mengenakan baju dari Class favoritnya. Ia telah menyelesaikan studinya sebagai calon Novice selama genap satu tahun. Selama dua tahun berikutnya, ia hanya mengulang pelajaran-pelajaran sebelumnya agar ia dapat lebih menguasainya. Sementara itu, Cherlia berhasil menyelesaikan 'Novice Study' nya selama dua tahun dan Sharlean selama satu setengah tahun. Jade berhasil menyelesaikannya dalam waktu singkat karena ia sangat menyukai pelajaran itu.
Saat ia sedang berjalan di koridor, ia melihat Cherlia sedang duduk termenung di koridor. "Lagi ngapain?" tanya Jade. "Eh, Jade. Sejak kapan kau di sini?" Cherlia balik bertanya. "Baru aja datang," jawab Jade. Cherlia menatap kostum baru Jade. "Keren juga," katanya. "Ah, nggak juga. Kamu juga cocok jadi Acolyte," kata Jade tersenyum. "Thanks," balas Cherlia. "Yah, mulai sekarang kita beda jurusan deh," kata Jade. "Jangan lesu begitu dong. Beda jurusan bukan berarti pisah kan. Teman-teman yang lain juga udah masuk jurusan masing-masing. Tuh si Sharlean, girang banget udah jadi Mage," kata Cherlia. Jade tertawa kecil. "Ya sudah. Jalan-jalan yuk, sekalian merayakan hari kenaikan kelas," ajak Jade. "Pasti Sharlean dan yang lain mau ikut," tambahnya. Mereka mengajak Sharlean dan sahabat-sahabat lainnya, yaitu Carish (Mage), Cyriel (Merchant), dan Jarred (Assassin). Jarred dan Carish sudah lama resmi 'jadian'. Namun hal itu sudah dianggap biasa oleh mereka.
"Lightning Bolt!" teriak Sharlean saat melihat seekor Poring melintas di depan mereka. Dalam sekejap, kilatan petir menghajar Poring itu beberapa kali.
"Awas!!! Hampir kena gue!" kata Jade.
"Sorry...," kata Sharlean, "meskipun ada unsur kesengajaan sih." Jade hanya menatapnya. "Dasar..."
"C, kita latihan di sebelah sana yuk. Monsternya lebih asyik," kata Jade. Cherlia mengangguk dan segera berlari mengikui Jade. Jade berlari ke arah seekor monster berbulu putih yang disebut Lunatic dan mem-Bash nya beberapa kali. "Auw...kayaknya sakit," komentar Cherlia sambil menggunakan sihir untuk menyembuhkan luka-luka kecil di pergelangan tangan Jade. "Lanjut...," kata Jade sambil mem-Bash seekor Lunatic lain.
Sementara itu, di Rune Midgard, tak banyak orang yang mengetahui rencana Odin untuk menghukum manusia. Hanya beberapa pemimpin dari kota-kota besar yang mengetahuinya. Salah satunya adalah Ardelle, pemimpin dari Midgard Academy yang didirikan dalam rangka mempersiapkan orang-orang berbakat untuk menjaga Rune Midgard. Midgard Academy tampak seperti sekolah yang kita kenal pada saat ini, namun pelajarannya lebih diarahkan kepada hal-hal yang dianggap berguna pada masa itu. Saat seorang murid lulus dari kelas tingkat pertama, yang lebih dikenal dengan Novice Class, ia dapat memilih untuk melanjutkan ke salah satu kelas: Swordman, Mage, Thief, Archer, Acolyte, TaekwonBoy/TaekwonGirl, Gunslinger, Ninja, Super Novice, dan lainnya. Seorang murid dianggap lulus ketika ia telah menyelesaikan tugas-tugas akhir yang diberikan langsung oleh Ardelle sang pemimpin sendiri.
***
Jade sedang berjalan di sepanjang koridor Midgard Academy saat ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya."Jade, aku mencarimu ke mana-mana. Kelas hampir dimulai!" kata seorang gadis berambut panjang berombak yang sedang berdiri di hadapannya. Gadis itu berkulit putih dan berambut kemerahan. Ia tampak kesal saat Jade hanya tersenyum sambil mengangguk. "Kau ini nggak pernah mau mendengarkan orang yang lagi bicara ya!?" kata gadis itu. "C, jangan marah-marah begitu," jawab Jade tersenyum. Nama gadis itu adalah Cherlia, seorang Novice yang ingin menjadi Acolyte saat kenaikan kelas nanti. Jade sering memanggilnya dengan panggilan C yang dianggapnya cukup normal.
"Bukan waktunya bercanda, ayo ikut aku ke kelas!" kata Cherlia sambil mencubit lengan kiri Jade. "Aduuh...sakit. Iya, kita ke kelas sekarang," balas Jade. Mereka berlari menuju kelas yang terletak di ujung koridor itu. Kelas mereka tampak begitu menarik. Dua bilah pedang terpajang di dinding, yang melambangkan tujuan dari sekolah itu. Jade hanya terdiam saat memasuki kelasnya. Ia menghela nafas sejenak dan segera duduk di bangkunya. Sementara itu, Cherlia juga berlari ke arah tempat duduknya yang terletak cukup jauh dari Jade.
"Ke mana aja tadi?" tanya Sharlean yang duduk di depan Jade. "Cuma jalan-jalan di koridor," jawab Jade. "Dasar...," balasnya.
Jade menggenggam pedangnya yang telah dikeluarkan dari sarungnya dan meletakkannya di atas meja. Ia bercita-cita untuk menjadi Swordman, kemudian menjadi Crusader agar bisa melindungi orang-orang di dekatnya, termasuk Cherlia. Selama beberapa saat, Jade melamun memikirkan Cherlia. Mengapa aku selalu memikirkannya, pikir Jade. "Kau ini kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Sharlean, menyadarkan Jade dari lamunannya. "Ah, nggak apa-apa," jawab Jade.
Tiga tahun kemudian...
Jade mengenakan baju Swordman-nya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia dapat mengenakan baju dari Class favoritnya. Ia telah menyelesaikan studinya sebagai calon Novice selama genap satu tahun. Selama dua tahun berikutnya, ia hanya mengulang pelajaran-pelajaran sebelumnya agar ia dapat lebih menguasainya. Sementara itu, Cherlia berhasil menyelesaikan 'Novice Study' nya selama dua tahun dan Sharlean selama satu setengah tahun. Jade berhasil menyelesaikannya dalam waktu singkat karena ia sangat menyukai pelajaran itu.
Saat ia sedang berjalan di koridor, ia melihat Cherlia sedang duduk termenung di koridor. "Lagi ngapain?" tanya Jade. "Eh, Jade. Sejak kapan kau di sini?" Cherlia balik bertanya. "Baru aja datang," jawab Jade. Cherlia menatap kostum baru Jade. "Keren juga," katanya. "Ah, nggak juga. Kamu juga cocok jadi Acolyte," kata Jade tersenyum. "Thanks," balas Cherlia. "Yah, mulai sekarang kita beda jurusan deh," kata Jade. "Jangan lesu begitu dong. Beda jurusan bukan berarti pisah kan. Teman-teman yang lain juga udah masuk jurusan masing-masing. Tuh si Sharlean, girang banget udah jadi Mage," kata Cherlia. Jade tertawa kecil. "Ya sudah. Jalan-jalan yuk, sekalian merayakan hari kenaikan kelas," ajak Jade. "Pasti Sharlean dan yang lain mau ikut," tambahnya. Mereka mengajak Sharlean dan sahabat-sahabat lainnya, yaitu Carish (Mage), Cyriel (Merchant), dan Jarred (Assassin). Jarred dan Carish sudah lama resmi 'jadian'. Namun hal itu sudah dianggap biasa oleh mereka.
"Lightning Bolt!" teriak Sharlean saat melihat seekor Poring melintas di depan mereka. Dalam sekejap, kilatan petir menghajar Poring itu beberapa kali.
"Awas!!! Hampir kena gue!" kata Jade.
"Sorry...," kata Sharlean, "meskipun ada unsur kesengajaan sih." Jade hanya menatapnya. "Dasar..."
"C, kita latihan di sebelah sana yuk. Monsternya lebih asyik," kata Jade. Cherlia mengangguk dan segera berlari mengikui Jade. Jade berlari ke arah seekor monster berbulu putih yang disebut Lunatic dan mem-Bash nya beberapa kali. "Auw...kayaknya sakit," komentar Cherlia sambil menggunakan sihir untuk menyembuhkan luka-luka kecil di pergelangan tangan Jade. "Lanjut...," kata Jade sambil mem-Bash seekor Lunatic lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar