Hutan itu begitu gelap dan tertutup oleh pepohonan yang cukup rendah. Udaranya cukup segar, tapi tetap saja Jade merasakan ada yang sedang mengawasi mereka. Cherlia terus mengikuti Jade sambil menggenggam Mace-nya dan bersiap menyerang jika terjadi sesuatu. Pedang Jade tergenggam erat di tangannya dan pegangan pedangnya mulai basah oleh keringat dari tangan Jade. Jade sendiri berusaha memfokuskan matanya dan menyesuaikan dalam kegelapan yang semakin menjadi. Ia sering mendengar bahwa hutan lebih berbahaya di malam hari. Saat itu, ia mendengar suara lolongan serigala dari kejauhan. Kemudian ia mendengar beberapa langkah kaki. Seseorang? Ataukah sesuatu? Apapun itu, Jade tidak berani mengambil resiko untuk meninggalkan Cherlia dan memeriksa suara itu. Ia tidak ingin membahayakan Cherlia.
"Masih kuat jalan?" tanya Jade. "Yah...mungkin," katanya. Ia tampak berkeringat dan lelah. "Sini, naik ke punggungku. Biar aku yang menggendongmu untuk sementara," kata Jade. Cherlia menggelengkan kepalanya. "Nggak usah. Aku bisa jalan sendiri kok," katanya. Tiba-tiba ia terantuk sesuatu dan terjatuh. "Tuh kan, apa kubilang, lebih baik kau kugendong sampai keluar dari hutan ini," kata Jade. "Iya deh...sorry ya," balas Cherlia. "Nggak apa-apa kok," jawab Jade sambil tersenyum. Jade segera menyarungkan pedangnya dan menggendong Cherlia di punggungnya. Kemudian, ia melanjutkan berjalan menuju kegelapan hutan. Sekali lagi, ia mendengar suara lolongan serigala...semakin dekat. Langkah kaki yang didengarnya pun masih dapat terdengar semakin jelas. "Cherlia, gunakan Increase Agility!" kata Jade. Cherlia segera menggunakan sihir penambah kecepatan gerak miliknya dan Jade pun mulai berjalan dengan lebih cepat. Namun, sesuatu membuat Jade berhenti. Ia terkejut dengan beberapa mata kekuningan di hadapannya. Mata-mata itu adalah milik makhluk berkaki empat yang disebut dengan Wolf. Bentuknya persis dengan serigala pada umumnya, namun, Wolf di Rune Midgard lebih agresif dan selalu menyerang secara berkelompok.
"Feeling gue nggak enak nih...," kata Jade. Ia menurunkan Cherlia dan mengeluarkan pedangnya. Sebelum para serigala melihat Cherlia, Jade segera berteriak keras agar para serigala terpancing untuk menyerangnya. Ia berhasil menebas mati satu ekor serigala, namun masih tersisa sekitar empat belas serigala lainnya. Bagi seorang Swordman sepertinya, diserang oleh geombolan serigala bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Apalagi saat ia harus melindungi seseorang. Jade segera mengibaskan pedang di tangannya saat dua ekor serigala melesat ke arahnya. Hanya satu ekor yang berhasil ditebasnya, itu pun hanya sedikit melukainya. Serigala lainnya mulai mendekati dan menggigiti kakinya. "Heal!!" teriak Cherlia. Luka Jade membaik sedikit, namun mantra Heal tidak begitu berguna saat diserang oleh sepasukan serigala lapar. Beberapa saat kemudian, seekor serigala berhasil menggigit lengan kanan Jade dan membuatnya menjatuhkan pedangnya. "Sial!!" katanya sambil menendang salah satu serigala di dekatnya. Ia segera berguling dan mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah dan menggunakan Magnum Break miliknya untuk meledakkan serigala yang berdekatan dengannya. Beberapa lama kemudian, datang sepasukan serigala lainnya. Tampaknya mereka bukan datang dengan bantuan, pikir Jade. Ia terus menebas serigala di sekitarnya tanpa pandang bulu. "Angelus!" teriak Cherlia, menggunakan sihir untuk meningkatkan daya tahan tubuh Jade. "Blessing!" teriaknya lagi, mengeluarkan sihir untuk meningkatkan serangan dan ketepatan serangan fisik. "Bagus, dengan ini akan jadi lebih mudah," kata Jade, menebas salah satu serigala dengan Bash-nya yang cukup kuat.
Setelah para serigala itu pergi, Cherlia mulai menggunakan Heal pada Jade. Lukanya cukup parah. "Kita sebaiknya istirahat dulu sekarang," kata Cherlia. Jade mengangguk. Ia menancapkan pedangnya ke tanah dan mulai merebahkan dirinya di tanah. "Keras ya...," kata Jade. "Iya lah, kalau nggak keras namanya kasur, bukan tanah," kata Cherlia tertawa. Jade ikut tersenyum. "Sharlean lagi ngapain ya?" kata Cherlia lagi. "Entahlah," jawab Jade.
"Hey, C," kata Jade tiba-tiba memecahkan keheningan malam. "Hmm?" kata Cherlia. Jade menatapnya selama beberapa saat. "Kamu kan capek banget, jadi tidur duluan aja," kata Jade. "Iya deh, tapi kamu juga jangan lupa tidur ya," katanya. Jade mengangguk. Selama beberapa saat, ia terus memikirkan banyak hal, mulai dari Cherlia, Sharlean, Prontera, dan hal-hal lainnya. Ia ingin kembali ke Prontera untuk bertemu dengan teman-temannya, namun hal itu tampaknya masih memerlukan waktu lama. Untunglah mereka sedang dalam masa liburan sekolah, jadi tidak akan jadi masalah kalau mereka berada di hutan itu selama beberapa hari. Tiba-tiba sesuatu menyadarkannya dari lamunannya. Seorang Archer telah membidiknya dengan sebuah anak panah dan anak panah itu tepat mengenai kakinya. Ia berusaha untuk berteriak, namun anak panah itu tampaknya sudah dilumurkan obat tidur sehingga matanya terasa berat. Ia hanya sempat mengucapkan beberapa kata sebelum akhirnya ia tertidur. "Cher..."
Jade membuka matanya. Ia berada di sebuah rumah yang cukup besar, namun sederhana. Di hadapannya, Cherlia duduk sambil terikat oleh sebuah tali tambang yang cukup kuat. Di sebelahnya, duduk seorang Archer berpakaian abu-abu yang sedang menggenggam busurnya. "Siapa kau? Di mana ini?" kata Jade sedikit emosi. "Payon," jawab Archer itu singkat. "Mengapa kau membawa kami ke sini?" tanya Jade. Cherlia hanya menatap Jade sambil terdiam. "Kami memerlukan bantuan kalian," jawab orang itu. "Oh ya? Kau memerlukan bantuan kami, dan kau memintanya dengan menangkap dan mengikat kami di sini!?" kata Jade kesal. "Tenanglah. Kami hanya tidak yakin kau tidak akan melakukan perlawanan, itu saja alasan kami mengikatmu. Sekarang aku akan membuka ikatanmu," kata orang itu. "Ya, dan gadis itu juga," kata Jade. "Baiklah. Tapi ingat, jika kau melakukan sesuatu yang membahayakan penduduk desa ini, kami tidak akan ragu untuk membunuhmu," kata orang itu. "Terserah...," kata Jade kesal saat ikatannya dilepas. Setelah ikatan Cherlia juga dilepaskan, orang itu mengembalikan senajat milik Jade dan Cherlia dan membungkuk dalam-dalam. "Maafkan kami atas perlakuan yang kasar ini," katanya. Jade masih tampak kesal. Ia menyarungkan pedangnya dan berdiri. "Jadi, bantuan apa yang kau inginkan dari kami?" tanya Jade. "Kami memerlukan kalian untuk membasmi Wolf hutan yang sering menyerang desa ini waktu malam hari. Setelah melihat kemampuanmu saat kau melawan puluhan Wolf, kami yakin bahwa kau bisa melakukannya dengan baik. Dengan bantuan gadis ini, tentunya," kata orang itu. "Jadi, kau menginginkan kami untuk membantu kalian melawan pasukan Wolf?" kata Jade. Orang itu mengangguk. "Baiklah, kurasa itu bukan sesuatu yang sulit," kata Jade, "selama Cherlia bersamaku dalam pertempuran."
Orang itu membungkuk sekali lagi, mengucapkan terima kasih. "Oh ya, namaku Rehyas," kata orang itu. "Jade," kata Jade singkat. "Aku Cherlia," kata Cherlia sambil tersenyum. Mereka berjalan keluar dan melihat bahwa hari sudah siang. Mereka harus bersiap-siap untuk pertempuran malam nanti.
Chapter 2: "Night at Prontera"
Sharlean dan Carish sedang berjalan di sepanjang jalan kecil di kota Prontera. Mereka tampak bingung setelah kehilangan Jade dan Cherlia. "Ke mana aja sih mereka?" kata Sharlean kesal. "Entahlah, mungkin mereka tersesat di hutan," jawab Carish yang berambut hitam panjang. "Sebentar lagi malam nih, masa mereka mau menghilang dua hari berturut-turut?" gerutu Sharlean. Lampu-lampu jalanan di Prontera mulai dinyalakan. Prontera tampak begitu indah pada waktu malam. Tentunya hal ini dikarenakan Prontera adalah salah satu kota besar yang disebut Capital di Rune Midgard. "Keterlaluan deh mereka," kata Sharlean. "Masa pergi bilang-bilang. Terus cuma berduaan sama Cherlia lagi...nyebelin. Masa gue ditinggal di hutan sendirian," kata Sharlean. Mereka segera berjalan menuju kafe kecil yang terletak di sebelah utara Prontera.
"Masih kuat jalan?" tanya Jade. "Yah...mungkin," katanya. Ia tampak berkeringat dan lelah. "Sini, naik ke punggungku. Biar aku yang menggendongmu untuk sementara," kata Jade. Cherlia menggelengkan kepalanya. "Nggak usah. Aku bisa jalan sendiri kok," katanya. Tiba-tiba ia terantuk sesuatu dan terjatuh. "Tuh kan, apa kubilang, lebih baik kau kugendong sampai keluar dari hutan ini," kata Jade. "Iya deh...sorry ya," balas Cherlia. "Nggak apa-apa kok," jawab Jade sambil tersenyum. Jade segera menyarungkan pedangnya dan menggendong Cherlia di punggungnya. Kemudian, ia melanjutkan berjalan menuju kegelapan hutan. Sekali lagi, ia mendengar suara lolongan serigala...semakin dekat. Langkah kaki yang didengarnya pun masih dapat terdengar semakin jelas. "Cherlia, gunakan Increase Agility!" kata Jade. Cherlia segera menggunakan sihir penambah kecepatan gerak miliknya dan Jade pun mulai berjalan dengan lebih cepat. Namun, sesuatu membuat Jade berhenti. Ia terkejut dengan beberapa mata kekuningan di hadapannya. Mata-mata itu adalah milik makhluk berkaki empat yang disebut dengan Wolf. Bentuknya persis dengan serigala pada umumnya, namun, Wolf di Rune Midgard lebih agresif dan selalu menyerang secara berkelompok.
"Feeling gue nggak enak nih...," kata Jade. Ia menurunkan Cherlia dan mengeluarkan pedangnya. Sebelum para serigala melihat Cherlia, Jade segera berteriak keras agar para serigala terpancing untuk menyerangnya. Ia berhasil menebas mati satu ekor serigala, namun masih tersisa sekitar empat belas serigala lainnya. Bagi seorang Swordman sepertinya, diserang oleh geombolan serigala bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Apalagi saat ia harus melindungi seseorang. Jade segera mengibaskan pedang di tangannya saat dua ekor serigala melesat ke arahnya. Hanya satu ekor yang berhasil ditebasnya, itu pun hanya sedikit melukainya. Serigala lainnya mulai mendekati dan menggigiti kakinya. "Heal!!" teriak Cherlia. Luka Jade membaik sedikit, namun mantra Heal tidak begitu berguna saat diserang oleh sepasukan serigala lapar. Beberapa saat kemudian, seekor serigala berhasil menggigit lengan kanan Jade dan membuatnya menjatuhkan pedangnya. "Sial!!" katanya sambil menendang salah satu serigala di dekatnya. Ia segera berguling dan mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah dan menggunakan Magnum Break miliknya untuk meledakkan serigala yang berdekatan dengannya. Beberapa lama kemudian, datang sepasukan serigala lainnya. Tampaknya mereka bukan datang dengan bantuan, pikir Jade. Ia terus menebas serigala di sekitarnya tanpa pandang bulu. "Angelus!" teriak Cherlia, menggunakan sihir untuk meningkatkan daya tahan tubuh Jade. "Blessing!" teriaknya lagi, mengeluarkan sihir untuk meningkatkan serangan dan ketepatan serangan fisik. "Bagus, dengan ini akan jadi lebih mudah," kata Jade, menebas salah satu serigala dengan Bash-nya yang cukup kuat.
Setelah para serigala itu pergi, Cherlia mulai menggunakan Heal pada Jade. Lukanya cukup parah. "Kita sebaiknya istirahat dulu sekarang," kata Cherlia. Jade mengangguk. Ia menancapkan pedangnya ke tanah dan mulai merebahkan dirinya di tanah. "Keras ya...," kata Jade. "Iya lah, kalau nggak keras namanya kasur, bukan tanah," kata Cherlia tertawa. Jade ikut tersenyum. "Sharlean lagi ngapain ya?" kata Cherlia lagi. "Entahlah," jawab Jade.
"Hey, C," kata Jade tiba-tiba memecahkan keheningan malam. "Hmm?" kata Cherlia. Jade menatapnya selama beberapa saat. "Kamu kan capek banget, jadi tidur duluan aja," kata Jade. "Iya deh, tapi kamu juga jangan lupa tidur ya," katanya. Jade mengangguk. Selama beberapa saat, ia terus memikirkan banyak hal, mulai dari Cherlia, Sharlean, Prontera, dan hal-hal lainnya. Ia ingin kembali ke Prontera untuk bertemu dengan teman-temannya, namun hal itu tampaknya masih memerlukan waktu lama. Untunglah mereka sedang dalam masa liburan sekolah, jadi tidak akan jadi masalah kalau mereka berada di hutan itu selama beberapa hari. Tiba-tiba sesuatu menyadarkannya dari lamunannya. Seorang Archer telah membidiknya dengan sebuah anak panah dan anak panah itu tepat mengenai kakinya. Ia berusaha untuk berteriak, namun anak panah itu tampaknya sudah dilumurkan obat tidur sehingga matanya terasa berat. Ia hanya sempat mengucapkan beberapa kata sebelum akhirnya ia tertidur. "Cher..."
Jade membuka matanya. Ia berada di sebuah rumah yang cukup besar, namun sederhana. Di hadapannya, Cherlia duduk sambil terikat oleh sebuah tali tambang yang cukup kuat. Di sebelahnya, duduk seorang Archer berpakaian abu-abu yang sedang menggenggam busurnya. "Siapa kau? Di mana ini?" kata Jade sedikit emosi. "Payon," jawab Archer itu singkat. "Mengapa kau membawa kami ke sini?" tanya Jade. Cherlia hanya menatap Jade sambil terdiam. "Kami memerlukan bantuan kalian," jawab orang itu. "Oh ya? Kau memerlukan bantuan kami, dan kau memintanya dengan menangkap dan mengikat kami di sini!?" kata Jade kesal. "Tenanglah. Kami hanya tidak yakin kau tidak akan melakukan perlawanan, itu saja alasan kami mengikatmu. Sekarang aku akan membuka ikatanmu," kata orang itu. "Ya, dan gadis itu juga," kata Jade. "Baiklah. Tapi ingat, jika kau melakukan sesuatu yang membahayakan penduduk desa ini, kami tidak akan ragu untuk membunuhmu," kata orang itu. "Terserah...," kata Jade kesal saat ikatannya dilepas. Setelah ikatan Cherlia juga dilepaskan, orang itu mengembalikan senajat milik Jade dan Cherlia dan membungkuk dalam-dalam. "Maafkan kami atas perlakuan yang kasar ini," katanya. Jade masih tampak kesal. Ia menyarungkan pedangnya dan berdiri. "Jadi, bantuan apa yang kau inginkan dari kami?" tanya Jade. "Kami memerlukan kalian untuk membasmi Wolf hutan yang sering menyerang desa ini waktu malam hari. Setelah melihat kemampuanmu saat kau melawan puluhan Wolf, kami yakin bahwa kau bisa melakukannya dengan baik. Dengan bantuan gadis ini, tentunya," kata orang itu. "Jadi, kau menginginkan kami untuk membantu kalian melawan pasukan Wolf?" kata Jade. Orang itu mengangguk. "Baiklah, kurasa itu bukan sesuatu yang sulit," kata Jade, "selama Cherlia bersamaku dalam pertempuran."
Orang itu membungkuk sekali lagi, mengucapkan terima kasih. "Oh ya, namaku Rehyas," kata orang itu. "Jade," kata Jade singkat. "Aku Cherlia," kata Cherlia sambil tersenyum. Mereka berjalan keluar dan melihat bahwa hari sudah siang. Mereka harus bersiap-siap untuk pertempuran malam nanti.
Chapter 2: "Night at Prontera"
Sharlean dan Carish sedang berjalan di sepanjang jalan kecil di kota Prontera. Mereka tampak bingung setelah kehilangan Jade dan Cherlia. "Ke mana aja sih mereka?" kata Sharlean kesal. "Entahlah, mungkin mereka tersesat di hutan," jawab Carish yang berambut hitam panjang. "Sebentar lagi malam nih, masa mereka mau menghilang dua hari berturut-turut?" gerutu Sharlean. Lampu-lampu jalanan di Prontera mulai dinyalakan. Prontera tampak begitu indah pada waktu malam. Tentunya hal ini dikarenakan Prontera adalah salah satu kota besar yang disebut Capital di Rune Midgard. "Keterlaluan deh mereka," kata Sharlean. "Masa pergi bilang-bilang. Terus cuma berduaan sama Cherlia lagi...nyebelin. Masa gue ditinggal di hutan sendirian," kata Sharlean. Mereka segera berjalan menuju kafe kecil yang terletak di sebelah utara Prontera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar