Minggu, Februari 08, 2009

RO Fanfic 16

Di hadapan Jade berdiri seseorang -- atau sesuatu -- yang tampak seperti manusia. Namun, manusia ini memiliki dua wujud. Terkadang ia berwujud seperti seorang pria, terkadang ia berubah menjadi seorang wanita. Makhluk itu menatap Jade dan Cherlia dengan tatapan yang aneh. "Gemini-S58," kata Cherlia sambil menatap makhluk itu. "Apa?" tanya Jade. "Namanya Gemini-S58. Makhluk ini merupakan perpaduan antara pria dan wanita. Aku pernah membaca tentangnya beberapa kali di perpustakaan sekolah," kata Cherlia berusaha menjelaskan. Jade terus menggenggam pedangnya di tangan kanan dan perisainya di tangan kiri. "I don't think this is good," kata Jade. "Ya, makhluk ini menyerang pengembara yang tidak waspada. Ia mungkin saja dapat berubah wujud di tengah-tengah pertempuran," kata Cherlia. "Hmm...pria dan wanita...kok mirip Hermafrodit ya? You know, makhluk hidup yang dapat memiliki dua jenis kelamin," kata Jade. Cherlia mencubit tangan kiri Jade. "Bukan waktunya bercanda!" katanya serius. "Iya, maaf," kata Jade sambil meringis karena cubitan Cherlia yang lumayan menyakitkan.

Makhluk itu terus terdiam, namun matanya tampak berbahaya. Ia terus-menerus beubah dari pria menjadi wanita, kemudian menjadi kembali menjadi pria. Jade berusaha untuk tidak melakukan gerakan secara tiba-tiba, tapi sebelum ia sempat berpikir apa yang harus dilakukan, makhluk yang bernama Gemini-S58 itu melangkah maju dan siap menerjang Cherlia. Untungnya, Jade sempat menggunakan skill perlindungan Sacrifice untuk menciptakan aura pelindung di sekitar Cherlia. Akibatnya, serangan yang dilakukan monster itu berpindah dari Cherlia ke Jade. "Sacrifice, sihir perpindahan rasa sakit," kata Jade. Ia mengayunkan pedangnya beberapa kali, tapi berhasil dihindari oleh monster Gemini-S58 itu. Sekali lagi, Jade harus menggunakan Sacrifice untuk melindungi Cherlia dari serangan mendadak yang dilakukan makhluk itu. "Susah juga jadi Crusader yah...," kata Jade.

Cherlia mengarahkan kedua tangannya pada makhluk itu dan mengeluarkan cahaya yang disertai dengan seorang malaikat di atas makhluk itu. Malaikat itu menjatuhkan beberapa buah pedang yang berakibat menurunnya pertahanan makhluk itu. "Lex Aeterna," kata Cherlia perlahan. "Jade, sekarang! Gunakan serangan terkuatmu!" kata Cherlia terburu-buru. Jade mengangguk dan berlari mendekati makhluk yang masih tampak bingung itu. "Holy Cross!" kata Jade sambil mengayunkan pedangnya membentuk sebuah salib suci di udara di hadapannya. Dua buah tebasan itu mengenai tubuh sang monster dan mengakibatkan efek dua kali lipat dari biasanya. Makhluk itu masih hidup, ia berusaha menyerang Jade sambil terus berubah wujud. Jade yang telah waspada akan serangan itu segera melakukan gerakan menghindar dan membalas dengan pukulan keras menggunakan bagian belakang pedangnya yang diarahkan ke perut makhluk itu. Kemudian, ia melakukan Holy Cross sekali lagi ke arah tubuh makhluk itu untuk membuatnya terjatuh ke tanah. Jade segera berinisiatif untuk mengarahkan pedangnya ke leher makhluk itu.

"Jade!" teriak Cherlia.

"Apa?" tanya Jade.

Cherlia menarik tangan kanannya. "Apa tak ada cara lain selain membunuhnya?" tanyanya. Jade menatapnya dalam-dalam. "C, makhluk ini bukan manusia. Ia hanya berwujud seperti manusia. Jadi tak ada salahnya membunuhnya sebelum ia yang membunuh kita terlebih dulu, kan?" kata Jade. "Tapi...," kata Cherlia. Ia teringat bahwa Priest memiliki tugas untuk menolong sesama manusia, tapi perkataan Jade ada benarnya juga. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa makhluk itu bukan manusia, melainkan hanya monster yang mengambil wujud manusia. Saat ia sedang berpikir, makhluk itu melompat berdiri dan berlari ke arahnya. "Cherlia!" teriak Jade. Tanpa pikir panjang, ia mengangkat pedangnya dan melemparkannya ke arah makhluk itu. Pedang itu berhasil menembus punggung sang monster dan menjatuhkannya. "Maaf, tak ada pilihan lain," kata Jade. Makhluk itu terkapar di tanah dan berhenti bergerak. "Ya, kurasa kau benar," kata Cherlia.

Mereka menggeledah isi rumah dan menemukan beberaa buah batu berwarna kebiruan. Batu itu tampak seperti batu untuk perhiasan yang masih kasar. "Blue Gemstone?" tanya Jade. Cherlia mengangguk. "Untuk apa makhluk itu mengumpulkan Blue Gemstone sebanyak ini?" katanya lagi. "Entahlah, mungkin ia tertarik pada sesuatu yang berkilau," jawab Cherlia. Tiba-tiba Cherlia tampak kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Sebelum ia menyentuh lantai, Jade segera menangkapnya dan membawanya ke sofa yang ada di dekat situ. "Cherlia!" panggilnya setelah ia meletakannya di atas sofa. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada diri sendiri. Jade tenggenggam tangan Cherlia. Dingin. "Cherlia, buka matamu!" kata Jade panik. Napas Cherlia terdengar berat dan keringat membanjiri wajahnya. Jade terus memanggil namanya, namun ia tak menjawab.

***

"Apa ia sakit?" tanya seseorang di belakangnya.

Jade melihat ke belakang dan mendapati Sharlean, Carish, Cyriel, dan Jarred di sana. Ia juga melihat beberapa orang yang belum ia kenal: Hansen dan Darlen. Mereka segera memperkenalkan diri secara singkat dan kembali ke topik pembicaraan. "Kami melihatmu di dekat sini dan memutuskan untuk mengikutimu. Tak kusangka, kemampuanmu sudah jauh meningkat," kata Jarred. Jade berusaha tersenyum, tapi tidak bisa. Ia terus menatap Cherlia yang tampak kesakitan.

"Jarred, apa yang terjadi pada Cherlia?" tanya Carish di sebelahnya. Jarred mengangkat bahu. "Ini hanya perkiraanku saja...," kata Jarred. Jade menatapnya penuh rasa ingin tahu. "Cherlia mungkin memiliki Resonance," kata Jarred. "Resonance? Apa itu?" tanya Jade.

"Resonance adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan alam sekitar. Namun, seseorang yang memiliki Resonance akan mengalami kesakitan yang luar biasa bila ia tidak bisa menahan atau mengendalikannya. Belum banyak orang yang memiliki Resonance, tapi ada seseorang yang kukenal...ia juga memilikinya. Itu sebabnya aku mengatakan pada kalian bahwa kalianlah yang dapat menghadapi Odin. Ingat saat pertama kali kukatakan ada yang berbeda pada grup kalian?" tanya Jarred. "Memangnya kau bilang begitu ya?" tanya Sharlean. "Mungkin...tapi mungkin juga belum. Aku tak begitu ingat. Intinya, Resonance memiliki kemampuan untuk memanfaatkan kekuatan alam sekitar untuk mengambil suatu bentuk. Anggaplah sebagai sihir yang tidak biasa, tapi Resonance juga dapat menyebabkan penderitaan. Untuk menahannya, Cherlia harus belajar untuk mengendalikan Resonance miliknya," kata Jarred.

"Apa yang terjadi dengan temanmu itu?" tanya Jade tampak khawatir.

"Ia...meninggal saat bertempur menggunakan Resonance. Ia belum benar-benar menguasainya, tapi ia tak memedulikan laranganku dan menggunakan Resonance untuk ikut bertempur. Akibatnya, ia kehilangan kendali atas Resonance dan kekuatan itu berbalik ke arahnya dan membunuhnya," kata Jarred.

Jade menatap Cherlia. Kenapa hal ini terjadi begitu cepat? tanya Jade pada diri sendiri. Cherlia baru saja dapat menikmati hidup sebagai seorang Priest. "Apa ia akan mengalami hal yang sama?" tanya Jade. "Tergantung...tidak, jika ia dapat mengendalikannya. Ya, jika ia tidak dapat mengendalikannya," kata Jarred. Cherlia membuka matanya perlahan. Ia masih tampak kesakitan. "Apa aku akan mati seperti temanmu itu, Jarred?" tanyanya. "Entahlah. Kuharap tidak," jawab Jarred. Jade membantu Cherlia berdiri. "Kau harus beristirahat," kata Jade. "Ya, tapi biarkan aku menyembuhkan luka-lukamu," kata Cherlia sambil menggunakan sihir Heal miliknya ke arah Jade.

Beberapa saat kemudian, Cherlia sudah terlelap. Jade hanya melihat Sharlean yang masih belum tidur. "Jade, kau khawatir?" tanya Sharlean. Jade mengangguk. Ia tak ingin bicara banyak tentang Resonance yang dimiliki Cherlia. Ia berusaha menutup matanya dan tertidur. Tidurnya tidak nyenyak. Ia terus terbayang-bayang tentang Cherlia dan kekuatan miliknya.

"Resonance...," bisik seseorang di pikiran Jade.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar