Sharlean memasuki sebuah arena pertempuran. Ia hanya diizinkan untuk menghabisi semua monster dengan menggunakan sihirnya. Sang penyihir senior yang tampak berwibawa mengangguk saat Sharlean menatap ke arahnya. "Mulai," katanya lantang. Sharlean menggenggam erat tongkat sihirnya yang terbuat dari kayu oak yang memiliki pegangan yang telah dihaluskan. Perlahan-lahan, puluhan monster dengan tubuh ditutupi es mendekatinya. "Kau tahu apa yang harus dilakukan...," kata sang penyihir senior.
"Es...," kata Sharlean mencoba mengingat-ingat pelajarannya di Midgard Academy. Ia teringat kepada pesan Ardelle saat ia pertama kali menggunakan sihir, "Saat kau melawan musuh yang lebih kuat darimu, carilah kelemahannya. Tak ada satu makhluk pun yang tak memiliki kelemahan. Bahkan setan Baphomet pun memiliki titik lemah." Sharlean tak ingin membayangkan bertemu dengan Baphomet sang iblis, namun ia terus mengingat perkataan Ardelle. "Es memiliki unsur air. Air sangat lemah kepada petir yang memiliki unsur yang 180 derajat berlawanan...," katanya pada diri sendiri. Monster bertubuh es itu semakin mendekat dan mengangkat tangannya untuk memukul Sharlean. "Lightning Bolt!!" katanya. Kilatan petir menyambar tubuh sang monster es dan membuatnya terdiam selama beberapa saat. "Thunder Storm!!" katanya lagi sambil mengeluarkan sihir untuk menghabisi monster itu. Beberapa monster dengan unsur yang berbeda terus berdatangan. Sharlean segera menggunakan sihir api Fire Bolt untuk monster tanaman karena tubuh tanaman sangat lemah terhadap api yang membara.
Sharlean menatap sang penyihir senior yang menjadi instrukturnya. Ia sedang mengarahkan tangan kepada Sharlean dan menggumamkan sesuatu, "Fire Ball."
Sharlean segera mengangkat tongkatnya dan berkonsentrasi kepada bola api yang mengarah padanya. "Safety Wall!" katanya. Seberkas cahaya menghalangi pandangannya dan mencegah bola api itu mengenai tubuhnya. "Soul Strike!" kata Sharlean menggunakan sihir telekinesis untuk membalas serangan instrukturnya.
"Kau lulus. Namun kau masih memerlukan banyak latihan," kata sang instruktur. Sharlean mengangguk. "Sekarang akan kuberitahu sesuatu yang sangat penting. Saat ini Geffen sedang diserang oleh pasukan dari arah utara. Aku ingin kau melindungi kota sebagai Wizard yang sesungguhnya. Saat kau berhasil, kau akan mengerti arti sesungguhnya dari menjadi seorang Wizard. Kau juga akan mengerti tentang Lord of Vermillion," kata sang instruktur. "Lord of Vermillion? Bukankah itu sihir terdahsyat yang dapat digunakan oleh seorang Wizard?" kata Sharlean. Sang instruktur menggeleng. "Lord of Vermillion bukanlah sekedar sihir, tetapi juga pengetahuan. Ingat bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang terbatas," kata sang instruktur. "Aku tak mengerti," kata Sharlean. "Vermillion...warna merah yang melambangkan kehancuran. Kau akan mengerti saat kau bisa menggunakan sihir itu dengan baik," kata sang instruktur. "Tapi itu bukan sihir terkuat kan? Masih ada Heart of Oblivion milik Ardelle!" kata Sharlean. "Ya. Berbeda dengan Lord of Vermillion yang menggunakan warna kemerahan, Vermillion, untuk melambangkan kehancuran, Heart of Oblivion adalah kehancuran itu sendiri," kata sang instruktur. "Sekarang pergilah, pertahankan kota darinya," katanya lagi. "Nya?" kata Sharlean. "Odin," jawab sang instruktur.
Sebelum Sharlean dapat bertanya lebih lanjut, sang instruktur segera menyihir kostumnya menjadi seorang Wizard dan segera mengajaknya keluar. Ia memutuskan untuk tidak bertanya tentang Odin.
Ia melihat Hansen sedang bertempur dengan beberapa ekor monster yang tampak cukup kuat. "Hydra," kata sang instruktur. "Aku akan membantunya!" kata Sharlean. Ia berlari menuju monster Hydra yang sedang dilawan oleh Hansen dan menyerangnya dengan menggunakan Lightning Bolt. Kemudian, ia mengarahkan tongkatnya sekali lagi dan berkonsentrasi. "Jupitel Thunder!" katanya. Sebuah sihir yang tampak seperti bola energi listrik mengenai tubuh Hydra dan mendorongnya sambil menaymbar dengan menggunakan unsur petir. "Bagus," kata Hansen sambil berlari mendekati Hydra. Ia segera melayangkan sebuah pukulan terfokus ke arah Hydra dan mengenai bagian perutnya. "Ashura Strike!!"
Sang Hydra pun terjatuh dan tersungkur di tanah. Hansen segera menuju ke arah Hydra lainnya. Sharlean juga mengikutinya dan terus menggunakan Jupitel Thunder untuk menyerang Hydra yang mendekat. "Kalau begini terus, takkan ada habisnya!!" kata Hansen. "Minggir! Meteor Storm!!" teriak Sharlean. Beberapa bola api yang tampak seperti meteor berjatuhan dari langit dan meledakkan beberapa Hydra yang berada di sekitar mereka. "Wow...," kata Hansen takjub. Hansen segera mengambil inisiatif untuk memukul Hydra yang sedang terdiam selama tiga kali dan dilanjutkan dengan empat pukulan lainnya. Kemudian, Hansen segera memfokuskan serangan pada tangannya. Tubuhnya dikelilingi oleh energi yang terus meningkat. "Way of the Dragon!" katanya sambil menggunakan pukulan keras yang membuat Hydra itu terpukul mundur dan terpelanting ke tanah.
"Kita harus habisi pemimpinnya," kata Hansen. "Tapi...kita takkan bisa menghadapi Odin!!" kata Sharlean. "Pikirkanlah baik-baik...tak mungkin Odin menyerang sendiri ke tempat ini. Daripada ke sini, ia lebih baik menyerang tempat lain yang lebih berpengaruh," kata Hansen. "Ya, seperti Prontera, misalnya...," kata Sharlean.
Mereka melihat seserang yang berpakaian Gunslinger mendekati mereka sambil tersenyum puas. Orang itu bukan dari Geffen, pikir Sharlean. "Valkyrie," kata Hansen. Sang Gunslinger tertawa. "Odin mengirimkan Valkyrie-nya untuk menghadapi kami??" kata Hansen. Sang Gunslinger terus menatap mereka. "Kalian bukanlah lawan yang sebanding bagi Odin sang penguasa Valhalla dan Asgard," kata sang Gunslinger. Ia mengarahkan kedua pistolnya kepaa Sharlean dan menembaknya berkali-kali. "Safety Wall!!" kata Sharlean. Ia berhasil menahan beberapa serangan berikutnya, namun serangan pertamanya berhasil mengenai tubuh Sharlean dan menyebabkan luka yang cukup dalam. Hansen segera berlari ke arah sang Gunslinger dan memukulnya, namun serangannya berhasil dihindari dan ia terkena tembakan sang Gunslinger. "Kau lumayan...siapa namamu?" kata sang Gunslinger. "Hansen. Kau sendiri?" tanya Hansen. "Arsean sang Gunslinger," jawabnya. "Bagus, setelah tahu namamu, aku dapat menghabisimu tanpa keraguan!!" kata Hansen. "Seorang manusia ingin mengalahkan Valkyrie? Jangan mimpi...," katanya. Ia segera menembak lengan Hansen yang sedang berlari ke arahnya.
Sharlean menahan rasa sakit di bahu kirinya. Ia berusaha berdiri dan menggunakan tongkatnya untuk membantunya berjalan. Ia melihat Arsean mengarahkan pistolnya ke wajahnya. "Sekarang, matilah!" katanya. Seketika itu, Sharlean merasakan tanah yang diinjaknya membeku dan berubah menjadi permukaan es. Tanpa pikir panjang, Sharlean segera menggunakan sihir Water Ball, sihir yang menyerap kekuatan air dan es untuk menghasilkan tekanan, kepada Arsean yang mengakibatkan beberapa bola energi air menghajar tubuhnya sehingga pistolnya terjatuh. "Siapa yang...?" kata Sharlean. Ia melihat Carish sedang berdiri di belakangnya, sudah memakai kostum seorang Sage. "Aku mendengar bahwa Geffen diserang oleh pasukan Odin, jadi kurasa aku harus ke sini untuk membantu," kata Carish sambil tersenyum. Sharlean menghela napas. "Tumben kau bisa berinisiatif...," katanya sambil tersenyum jahil. Carish melihat Arsean telah mengambil pistolnya dan mengarahkannya kepada Sharlean. "Awas!! Earth Spike!" teriaknya. Sebongkah batu berbentuk seperti stalaktit muncul dari dalam tanah dan mengenai Arsean. Ia segera melompat mundur dan terus menembak. "Safety Wall!!" kata Sharlean menggunakan sihir pelindungnya. "Kalian semua akan kuhabisi...atas perintah Odin!!" kata Arsean dengan wajah marah.
"Es...," kata Sharlean mencoba mengingat-ingat pelajarannya di Midgard Academy. Ia teringat kepada pesan Ardelle saat ia pertama kali menggunakan sihir, "Saat kau melawan musuh yang lebih kuat darimu, carilah kelemahannya. Tak ada satu makhluk pun yang tak memiliki kelemahan. Bahkan setan Baphomet pun memiliki titik lemah." Sharlean tak ingin membayangkan bertemu dengan Baphomet sang iblis, namun ia terus mengingat perkataan Ardelle. "Es memiliki unsur air. Air sangat lemah kepada petir yang memiliki unsur yang 180 derajat berlawanan...," katanya pada diri sendiri. Monster bertubuh es itu semakin mendekat dan mengangkat tangannya untuk memukul Sharlean. "Lightning Bolt!!" katanya. Kilatan petir menyambar tubuh sang monster es dan membuatnya terdiam selama beberapa saat. "Thunder Storm!!" katanya lagi sambil mengeluarkan sihir untuk menghabisi monster itu. Beberapa monster dengan unsur yang berbeda terus berdatangan. Sharlean segera menggunakan sihir api Fire Bolt untuk monster tanaman karena tubuh tanaman sangat lemah terhadap api yang membara.
Sharlean menatap sang penyihir senior yang menjadi instrukturnya. Ia sedang mengarahkan tangan kepada Sharlean dan menggumamkan sesuatu, "Fire Ball."
Sharlean segera mengangkat tongkatnya dan berkonsentrasi kepada bola api yang mengarah padanya. "Safety Wall!" katanya. Seberkas cahaya menghalangi pandangannya dan mencegah bola api itu mengenai tubuhnya. "Soul Strike!" kata Sharlean menggunakan sihir telekinesis untuk membalas serangan instrukturnya.
"Kau lulus. Namun kau masih memerlukan banyak latihan," kata sang instruktur. Sharlean mengangguk. "Sekarang akan kuberitahu sesuatu yang sangat penting. Saat ini Geffen sedang diserang oleh pasukan dari arah utara. Aku ingin kau melindungi kota sebagai Wizard yang sesungguhnya. Saat kau berhasil, kau akan mengerti arti sesungguhnya dari menjadi seorang Wizard. Kau juga akan mengerti tentang Lord of Vermillion," kata sang instruktur. "Lord of Vermillion? Bukankah itu sihir terdahsyat yang dapat digunakan oleh seorang Wizard?" kata Sharlean. Sang instruktur menggeleng. "Lord of Vermillion bukanlah sekedar sihir, tetapi juga pengetahuan. Ingat bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang terbatas," kata sang instruktur. "Aku tak mengerti," kata Sharlean. "Vermillion...warna merah yang melambangkan kehancuran. Kau akan mengerti saat kau bisa menggunakan sihir itu dengan baik," kata sang instruktur. "Tapi itu bukan sihir terkuat kan? Masih ada Heart of Oblivion milik Ardelle!" kata Sharlean. "Ya. Berbeda dengan Lord of Vermillion yang menggunakan warna kemerahan, Vermillion, untuk melambangkan kehancuran, Heart of Oblivion adalah kehancuran itu sendiri," kata sang instruktur. "Sekarang pergilah, pertahankan kota darinya," katanya lagi. "Nya?" kata Sharlean. "Odin," jawab sang instruktur.
Sebelum Sharlean dapat bertanya lebih lanjut, sang instruktur segera menyihir kostumnya menjadi seorang Wizard dan segera mengajaknya keluar. Ia memutuskan untuk tidak bertanya tentang Odin.
Ia melihat Hansen sedang bertempur dengan beberapa ekor monster yang tampak cukup kuat. "Hydra," kata sang instruktur. "Aku akan membantunya!" kata Sharlean. Ia berlari menuju monster Hydra yang sedang dilawan oleh Hansen dan menyerangnya dengan menggunakan Lightning Bolt. Kemudian, ia mengarahkan tongkatnya sekali lagi dan berkonsentrasi. "Jupitel Thunder!" katanya. Sebuah sihir yang tampak seperti bola energi listrik mengenai tubuh Hydra dan mendorongnya sambil menaymbar dengan menggunakan unsur petir. "Bagus," kata Hansen sambil berlari mendekati Hydra. Ia segera melayangkan sebuah pukulan terfokus ke arah Hydra dan mengenai bagian perutnya. "Ashura Strike!!"
Sang Hydra pun terjatuh dan tersungkur di tanah. Hansen segera menuju ke arah Hydra lainnya. Sharlean juga mengikutinya dan terus menggunakan Jupitel Thunder untuk menyerang Hydra yang mendekat. "Kalau begini terus, takkan ada habisnya!!" kata Hansen. "Minggir! Meteor Storm!!" teriak Sharlean. Beberapa bola api yang tampak seperti meteor berjatuhan dari langit dan meledakkan beberapa Hydra yang berada di sekitar mereka. "Wow...," kata Hansen takjub. Hansen segera mengambil inisiatif untuk memukul Hydra yang sedang terdiam selama tiga kali dan dilanjutkan dengan empat pukulan lainnya. Kemudian, Hansen segera memfokuskan serangan pada tangannya. Tubuhnya dikelilingi oleh energi yang terus meningkat. "Way of the Dragon!" katanya sambil menggunakan pukulan keras yang membuat Hydra itu terpukul mundur dan terpelanting ke tanah.
"Kita harus habisi pemimpinnya," kata Hansen. "Tapi...kita takkan bisa menghadapi Odin!!" kata Sharlean. "Pikirkanlah baik-baik...tak mungkin Odin menyerang sendiri ke tempat ini. Daripada ke sini, ia lebih baik menyerang tempat lain yang lebih berpengaruh," kata Hansen. "Ya, seperti Prontera, misalnya...," kata Sharlean.
Mereka melihat seserang yang berpakaian Gunslinger mendekati mereka sambil tersenyum puas. Orang itu bukan dari Geffen, pikir Sharlean. "Valkyrie," kata Hansen. Sang Gunslinger tertawa. "Odin mengirimkan Valkyrie-nya untuk menghadapi kami??" kata Hansen. Sang Gunslinger terus menatap mereka. "Kalian bukanlah lawan yang sebanding bagi Odin sang penguasa Valhalla dan Asgard," kata sang Gunslinger. Ia mengarahkan kedua pistolnya kepaa Sharlean dan menembaknya berkali-kali. "Safety Wall!!" kata Sharlean. Ia berhasil menahan beberapa serangan berikutnya, namun serangan pertamanya berhasil mengenai tubuh Sharlean dan menyebabkan luka yang cukup dalam. Hansen segera berlari ke arah sang Gunslinger dan memukulnya, namun serangannya berhasil dihindari dan ia terkena tembakan sang Gunslinger. "Kau lumayan...siapa namamu?" kata sang Gunslinger. "Hansen. Kau sendiri?" tanya Hansen. "Arsean sang Gunslinger," jawabnya. "Bagus, setelah tahu namamu, aku dapat menghabisimu tanpa keraguan!!" kata Hansen. "Seorang manusia ingin mengalahkan Valkyrie? Jangan mimpi...," katanya. Ia segera menembak lengan Hansen yang sedang berlari ke arahnya.
Sharlean menahan rasa sakit di bahu kirinya. Ia berusaha berdiri dan menggunakan tongkatnya untuk membantunya berjalan. Ia melihat Arsean mengarahkan pistolnya ke wajahnya. "Sekarang, matilah!" katanya. Seketika itu, Sharlean merasakan tanah yang diinjaknya membeku dan berubah menjadi permukaan es. Tanpa pikir panjang, Sharlean segera menggunakan sihir Water Ball, sihir yang menyerap kekuatan air dan es untuk menghasilkan tekanan, kepada Arsean yang mengakibatkan beberapa bola energi air menghajar tubuhnya sehingga pistolnya terjatuh. "Siapa yang...?" kata Sharlean. Ia melihat Carish sedang berdiri di belakangnya, sudah memakai kostum seorang Sage. "Aku mendengar bahwa Geffen diserang oleh pasukan Odin, jadi kurasa aku harus ke sini untuk membantu," kata Carish sambil tersenyum. Sharlean menghela napas. "Tumben kau bisa berinisiatif...," katanya sambil tersenyum jahil. Carish melihat Arsean telah mengambil pistolnya dan mengarahkannya kepada Sharlean. "Awas!! Earth Spike!" teriaknya. Sebongkah batu berbentuk seperti stalaktit muncul dari dalam tanah dan mengenai Arsean. Ia segera melompat mundur dan terus menembak. "Safety Wall!!" kata Sharlean menggunakan sihir pelindungnya. "Kalian semua akan kuhabisi...atas perintah Odin!!" kata Arsean dengan wajah marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar